Wahai Ayah Bunda, Jangan
mendelegasikan kewajiban mendidik anak anda
kepada orang lain!
Saya bertamu kerumah teman
saya. Dia adalah seorang yang sangat kaya dan mempunyai anak yang kecil. Ketika
kami sedang duduk, anaknya memberikan segelas air putih. Kemudian ayahnya
berkata kepada anaknya “ Tidakkah kamu bisa memberi salam” dengan kening yang
di kerutkan, sehingga sang anak pun dengan nada malu sambil mengomel “Assalamu
Alaikum”. Kemudian, saya meluruskan
teman saya bahwa dia telah berbuat salah dengan memberikan penghinaan kepada
anaknya. Seharusnya dia membaca sejarah Rasulullah Sallallahu Alyhi wasallam
ketika dia dahulu mengajar anaknya, memberikan toleransi kepada kesalahannya
dan membenarkan tanpa dengan kemarahan.
Sama halanya dengan
keahlian yang lainnya, anda membutuhkan usaha untuk menumbuhkan seni dalam
mendidik anak dengan ilmu, kasih sayang dan keceriaan. Jika anda
ingin membangun sebuah kualitas adab dan
akhlak yang baik kepada anak anda, seperti
dermawan, bersifat lemah lembut, rajin beribadah dll, maka anda harus
memiliki dahulu sifat tersebut dan mempraktekkan yang sama di depan anak anda
untuk mengajarinya. InsyaAllah hasilnya akan lebih cepat dan menyejukkan mata.
Sebuah kemarahan dan kemarahan seorang ayah tidak akan mengajarkan kepada
anaknya untuk menjadi orang yang lemah lembut dan menyejukkan mata. Meskipun anda mendiktekan pelajaran tersebut berulang
kali kepada anak anda, namun di dalam hati kecilnya, sang anak akan menolak
karena dia tidak melihat sifat itu ada pada ayahnya.
Jika seorang guru
matematika tidak memperlihatkan cara menyelesaikan soal kepada muridnya tentu
sang murid akan merasa kesulitan untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu sekolah
yang terbaik itu tidak diukur berdasarkan
perlengkapan kelas yang baik, dekorasi dindingnya yang indah, tapi pada dasarnya seberapa tinggi kasih sayang
guru yang mengajar. Hal tersebut mirip dengan cara mendidik anak yang tidak di
ukur berdasarkan kualitas makanan di meja makan, perabot rumah tangga yang
mewah, namun anda harus menunjukkan nilai yang baik sebagai salah satu bentuk
pengajaran. Jika anda ingin mengajarkan Matematika maka anda harus menguasai
ilmu matematika. Jika anda ingin mengajarkan ahlak yang baik, maka anda harus
terlebih dahulu memiliki ahlak tersebut.
Anak-anak seperti seorang kostumer. Mereka akan merespon tawaran
anda jika mereka percaya kepada anda dan melihat presentasi anda menarik. Jika
mengingat kembali sewaktu dahulu di sekolah, kebanyakan guru kesukaan kita
adalah guru yang membuat pengajarannya mudah dan mengasyikkan.Pendidikan nilai untuk anak
juga merupakan sebuah bagian dari seni komunukasi yang bijak. Hal yang terbesar
yang membuat jauhnya jarak antara anak dan bapak adalah karena ketiadaan
komunikasi. Seorang ayah tidak berbicara
lebih dari setengah jam kepada anaknya dalam sehari.
Anak-anak hari ini lebih banyak tuntutan dan kecerdasannya. Meskipun
kecerdasan emosional mereka hilang karena dengan pengaruh besar dari media teknologi informasi. Ketika orang tua
hari ini konsentrasi hanya menyediakan pendidikan akademis dan kemewahan, maka
kebutuhan emosional anak-anak pun terlupakan. Banyak orang tua gagal
mengidentifikasi masalah anaknya. Bahkan
banyak yang tidak menyadari bahwa anaknya meminta perhatian emosional atau
kasih sayang dari orang tuanya. Banyak orang tua yang gagal
membaca bahasa emotional anaknya.
Keberhasilan pendidikan kepada anak bukan hanya berputar pada
permasalahan mengatur jumlah pukulan atau kah biaya pendidikan untuk anak.
Ataukah menyediakan mobil dan barang-barang bermerek kepada mereka, tapi
keberhasilan pendidikan lebih kepada keberhasilan pendidikan akhlak seperti
kebiasaan beramal sholeh dan manajemen diri dalam diri anak.
Anda harus mampu memberikan
variasi dalam melakukan tarbiyah atau pendidikan kepada anak anda. Sebagai
contoh kesopanan dan cara anda memakai
jilbab di tengah keluarga dan lingkungan teman.
Bisa juga cara penempatan anda dalam bertingkah laku dan berbicara kepada
orang yang lain. Perlihatkan akhlak yang baik kepada orag tua anda dan
keluarga. Jika anda selalu menjaga
kebersihan, maka kemungkinan anak anda juga akan melihat dan mengikuti kebisaan
menjaga kebersihan tersebut .
Namun sebaliknya jika anda biasa bercampu baur dengan bukan
mahram, sering memfitnah keluarga sendiri, tidak menjaga pendapatan dari uang
yang haram, tidak mempunyai waktu untuk merawat orang tua, hasilnya anda
menjadi citra buruk dalam mendidik anak. Hal yang terpenting bukan hanya anda
memberikan pendidikan kepada anak anda tapi
yang penting adalah apakah melakukannya dengan baik atau tidak? Jangan anda menyerahkan tanggung jawab
penting ini kepada pembantu anda, orang tua anda, kepada sekolah, atau guru
privat. Ini adalah tugas anda sebagai
orang tua, jika anda melakukannya dengan baik, mendidik anak itu mudah. Anda tidak
mesti bekerja kepada anak anda. Namun kebaikan yang anda lakukan pada diri
anda, hasilnya akan anda lihat pada anak
anda…!
(Translated by Dzulqarnain Iskandar, Depok 15 desember 2014 from
Nisaar
Nadiadwa1la on Nov 27, 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar