Selasa, 19 Januari 2016

ADAB DAN HIKMAH BERBICARA PARA ULAMA

Hikmah menjaga lisan
Dzulqarnain Bin Iskandar (Soppeng 20-1-16)
(Hilliyatul Auliya Ibnul Jauzi)

1)      Ahnaf berkata Umar radiyallahu Anhu pernah menasehatiku,
“ Wahai Ahnaf, barang siapa yang banyak tertawanya maka berkuranglah  kewibawaanya, barang siapa yang bercanda maka berkuranglah kewibawaanya, barangsiapa yang bercanda maka dia akan diremehkan, dan barang siapa yang sering melakukan sesuatu maka dia akan dikenal dengannya, brang siapa yang banyak bicara maka akan banyak pula salahnya, barang siapa yang banyak salah maka sedikitlah rasa malunya, barang siapa yang sedikit rasa malunya maka sedikitlah wara’nya dan barang siapa yang sedikit  wara’nya maka hatinya telah mati (I /287)
Dari wadi’ah al- anshari berkata, aku mendengar umar bin khattab Radiyallah anhu menasehati seseorang .
“Janganlah engkau mengatakan apa yang tidak bermanfaat dan jangan pula memusyawarahkan urusanmu kecuali bersama orang-orang yang takut kepada Allah Azza wa Jalla.” (I/287)

2)      Abdullah bin mas’ud Radiyallhau Anhu berkata
“ Seyogyanya penghafal Al-Qur’an … menangis ketika manusia tertawa, diam ketika manusia berbicara tidak karuan. Penghafal al-qur’an seharusnya banyak menangis, bersedih, santun, bijak, dan banyak diam. Tidak sepantasanya penghafal al-qur’an gemar berteriak-teriak dan suka marah-marah.
“ Demi Allah yang tidak ada Ilah yang berhak di ibadahi selai Dia, tidak ada dia atas muka bumi ini yang lebih perlu untuk lama di penjara daripada lisan (I/420)

3)      Salman Al-farisi Radiyalahu Anhu berkata:
“ Ada 3 tipe orang yang meembuatku terheran-heran hingga membuatku tertawa, satu diantaranya adalah orang yang tertawa ria padahal dia tidak tahu  apakah Rabb semesta alam murka atau ridha kepadanya.

4)      Abu dzar al-Ghifari berkata
“ Ucapkanlah perkataan yang baik dan diamlah dari perkataan yang buruk untuk menghadapi lamanya berdiri pada hari yang agung (hari kiamat). Orang yang banyak mengucapkan kebaikan lebih baik daripada orang yang diam, dan orang yang diam  lebih baik daripada orang yang banyak berkata buruk”.

5)      Abu Darda radiyallahu Anhu berkata
“ Sesungguhnya orang-orang yang lisannya senantiasa basah lantaran mengingat Allah Subhanahu wata’ala, salah seorang diantara mereka memasuki surga sambil tertawa (I/639). Sebaik-baik tempat ibadah seorang muslim adalah rumahnya, dimana dia menahan lisan, kemaluan, dan pandangannya. Jauhilah tempat duduk di pasar karena ia melalaikan dn sia-sia.
 6)      Abdullah bin Abbas Radiyallahu Anhu berkata
“Tertawamu ketika berbuat dosa sedang kamu tidak tahu apa yang akan Allah Azza wa Jalla perbuat kepadamu, itu lebih besar terhadap dosa itu sendiri”
“ Ambillah hikmah dari orang yang kamu dengar. Sungguh ada seseorang yang berkata denga penuh hikmah padahal dia bukan ahli hikmah, sehingga hikmah yang diucapkannya itu laksana panah yang di lontarkan seseorang yang bukan pemanah”

7)      Urwah bin Zubair Rahimahullah ( Tabiin Madinah, w 94 H)
“Betapa banyak aku menahan diri untuk mengucapkan  sebuah kalimat yang hina, kemudian hal itu mewariskan kemuliaan yang berkepanjangan”

8)      Ali bin Husain Bin Ali bin Abi Thalib Rahimahullah.
“ Dari Sufyan berkata, ada seorang lelaki yang mendatangi Ali bin Husain Rahimahullah lalu berkata, Sesungguhnya Fulan telah menjelek-jelekkanmu  dan menfitnahmu.” Beliau menjawab, Mari kita pergi menemuinya.” Lelaki tadi pergi bersama beliau, dan menyangka beliau akan membela diri, namun sesampainya di sini beliau berkata, Wahai fulan, jika ucapanmu tentangku benar maka semoga Allah mengampuniku, tetapi jika ucapanmu batil maka semoga allah mengampunimu”

9)      Abuv Hazim Salamah bin Dinar Rahimahullah berkata:
“Hendaknya seorang muslim itu lebih berhati-hati dalam menjaga lisannya daripada kehati-hatiannya dalam melangkahkan kedua telapak kakinya”

10)   Malik bin Anas Rahimahullah
“ Rendahkanlah suaramu karena Allah  Azza wa Jalla berfirman: “ Wahai orang-orang beriman, janganlah meninggikan suaramu di atas suara Nabi.” Maka barang siapa yang meninggikan suaranya di hadapan hadits Rasulullah, maka seolah-olah dia meninggikan suaranya di atas suara Rasulullah.”  

11)   Wuhaib bin ward bin abul ward Rahimahullah (Tabi’ul Atba w 153H)
“ Baranga siapa yang menganggap  perkataannya termasuk bagian dari amalnya, niscaya dia akan sedikit bicara.”(II/222)
“ Takutlah kepada Allah, jangan mencela Iblis di tengah keramaian, namun justru menjadi temannya tatkala sendirian”

12)    Thawus bin kaisan Rahimahullah (Tabi’in Yaman, w 106 H)
“ Tidak ada satu ucapan pun yang terucap dari anak Adam kecuali akan dicatat, bahkan dicatat pula rintihannya ketika sakit” (II/289).

13)   Wahab bin Munabbih Rahimahullah (Tabiin Yaman, w 114/110)
 “ Apabila ada seseorang yang memujimu dengan sesuatu yang tidak ada pada dirimu maka janganlah kamu merasa aman dari cacianya dengan apa yang tidak ada pada dirimu juga” (II/295)

14)   Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Asy Syaibani rahimahullah (Tabi’ut atba Baghdad, w 241 )
“ Ahmad bin hanbal Rahimahullah tidak pernah ikut membicarakan urusan dunia sebagaimana yang di bicarakan manusia, tetapi jika ilmu di sebut, baru beliau angkat bicara” (II/339).

15)   Sari As-saqathi Rahimahullah ( Setelah tabiut atba, Baghdad W 253H)
“ Diantara tanda sedikitnya kejujuran adalah banyak bergaul” (II/376)

16)   Uwaiss bin Amir bin juraij Al-Qarni Rahumahullah (Tabiin Kufah)
“Harim pernah mengunjungi Uwais Rahimahullah lalu berkata, “Wahai Uwais, sambunglah tali silaturahmi kita dengan berkunjung.” Lalu beliau menjawab, Sungguh aku telah menyambung silaturahmi denganmu dengan sesuatu  yang lebih bermanfaat daripada sekedar berkunjung bertemu, yaitu berdoa tanpa sepengetahuanmu, karena kunjungan dan pertemuan terkadang dibuat-buat dan berbalut riya” (III/55)

17)   Ibrahim bin Yazid bin Syarik at-Taimi rahimahullah (tabiin kufah w.192 H)
“ Dari abu Hayyan, Ibrahim At Taimi Rahimahullah berkata, “ Apabila aku mempertimbangkan antara amalanku dan ucapanku, aku merasa khawatir kalau-kalau aku telah menjadi pendusta” (III/90)

18)   Abu Qilabah Abdullah bi Zaid Al-Jarami Rahimahullah (Tabi’in Basrah w.104 di syam)
“ “ Apabila ada berita yang tidak kamu sukai tentang saudaramu maka carilah udzur semampumu, jika kamj tidak mendapatkan udzur maka katkanlah kepada dirimu sendiri, ‘ semoga saudaraku memiliki udzur yang tidak aku ketahui.” (III/238)

19)   Muhammad bin Sirin Rahimahullah (Tabii, Basrah, w 110 H)
“ Jarir bin Hazim berkata, aku mendengar Muhammad bin Sirin Rahimahullah pernah bercerita terntang seseorang, beliau berkata, “ Aku tidak pernah melihat orang hitam itu…” kemudian beliau berkata, “Astaghfirullah, aku telah menggunjing.” (III/242).
“ Dari ubaidillah bin Sirri berkata, ibnu Sirin Rahimahullah pernah berkata, Sungguh aku mengetahui sebuah dosa yang membuatku kini terlilit hutang. Empat puluh tahun yang lalu aku memanggil seseorang dengan ucapan, “Wahai orang yang bangkrut,” lalu aku (Ubaidillah) menceritakan hal ini kepada ad-Darani, kemudian beliau berkata, “dosa mereka sedikit, sehingga mereka tahu dosa mana yang menyebabkan musibah menimpa mereka, sehingga dosaku dan dosamu banyak sehingga kita tak tahu dosa mana yang menyebabkan musibah  yang menimpa kita. “ (III/246)

20. Malik bin Dinar Rahimahullah (Tabi’in, Bashrah, w 131 H)
Sa’id bin isham berkata, aku mendengar Malik bin dinar Rahimahullah berkata:
“Orang-orang yang gemar berbuat kebaikan biasa berwasiat  dengan tiga hal: memenjarakan lisan, memperbanyak istighfar, dan uzlah (mengasingkan diri) (III/278).

21. Yunus bin Ubaid Rahimahullah ( Tabi’in basrah w 139 H)
“ Sesungguhnya kamu akan mengetahui kewara’an seorang laki-laki dari ucapannya (III/304)
“ Ada dua hal pada seorang hamba, jika keduanya baik maka yang lainnya pasti akan baik : shalatnya dan lisanya. “ (III/306)
“ Tidaklah ada orang yang memperhatikan lisannya kecuali aku melihat kebaikan di semua lisannya.”
“ Janganlah salah seorang dari kalian berkunjung kepada penguasa (sekalipun) untuk menasehatinya, janganlah berkhalwat dengan seorang wanita muda meskipun ingin mengajarkan Al-qur’an kepadanya, dan janganlah telinganya mendengarkan perkataan pengikut hawa nafsu’
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar